setelah selesai keliling, tiba saatnya untuk makan siang, disalah satu sudut pusat perbelanjaan dengan pemandangan kota dan pengunungan. tak lama makanan yang di pesan pun tiba. sembari menunggu jemputan untuk berkeliling ke seputaran ciwidey esok hari,
tujuan perjalanan kali ini adalah untuk
leisure meskipun bergaya backpacker, karena males bawa-bawa koper lebih nyaman bawa backpack sebagai
solo traveler. sebagai solo traveler ga perlu malu atau segan saat makan sendirian nikmati saja, selagi ga menggangu orang lain.
makan siang selesai sekitar pukul 12, 30 pm. tiba saatnya untuk melanjutkan bersantai karena agenda hari pertama ini bukan untuk mengeksplore tempat wisata yang banyak sekali pilihannya, agenda hari ini hanya makan, nonton, istirahat dan sedikit belanja :).
pilihan film jatuh pada The Hobbit: The Battle of the Five Armies Film yang akan melanjutkan kisah petualangan epik Bilbo Baggins (Martin Freeman), Gandalf (Ian McKellen) dan pemimpin para kurcaci (Thorin Oakenshield).
Setelah berhasil menguasai tanah kelahiran mereka dari Naga Smaug, para kurcaci ternyata kini harus menghadapi teror yang lebih sadis dari sang Naga. Tidak hanya itu, keserakahan Thorin akan harta menambah penderitaan mereka. Namun teror yang sebenarnya kini dipersiapkan oleh musuh kuno bernama Sauron. Teror yang tidak seorang pun tahu kecuali oleh Gandalf.
Sauron telah mengumpulkan pasukan Orc untuk menghancurkan manusia. Disaat pasukan kegelapan bersatu, Manusia, Kurcaci, dan Peri kini harus memutuskan apakah mereka akan bersatu melawan kegelapan. Bilbo akhirnya memutuskan untuk pergi bertempur bersama teman-temannya. Pertempuran lima tentara akan menentukan nasib mereka di Middle Earth. (sbr:http://www.21cineplex.com/the-hobbit-the-battle-of-the-five-armies movie,3712,14HBOT.htm).
kesan menonton film ini bagus, visual efek dan dan alur cerita yang seru, dan cukup menghibur. keluar dari XXI tiba saatnya keliling kota, tak jauh dari festival citylink dan lapangan Tegal Lega ada musium Sri Baduga, beberapa informasi tentang sri baduga yang saya peroleh dari situs resminya (www.sribadugamuseum.com) kurang lebih seperti ini :
Propinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang sebagian besar didiami oleh orang Sunda, oleh karena itu sering disebut Tatar sunda atau Tanah Sunda. Dari perjalanan sejarah dan lingkup geografis Budaya Jawa Barat secara umum berada pada lingkup budaya Sunda, sebagai budaya daerah yang menunjang pembangunan kebudayaan nasional.
Wilayah yang sarat dengan ragam budaya serta didukung oleh kultur alam dan kultur sosial yang kondusif sehingga terlahir ragam budaya. Wilayah yang strategis berakibat pada terjadinya berkembang dan adanya perubahan budaya yang merupakan dampak dari globalisasi yang ditandai dengan adanya revolusi dalam bidang informasi, komunikasi, dan transportasi. Hal tersebut memacu kita untuk mengambil langkah dan strategi secara bijak untuk menempatkan serta memposisikan citra seni budaya daerah untuk tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat.
Tinggalan kebudayaan yang bernilai tinggi banyak tersebar di Kawasan Jawa Barat, baik yang hampir punah maupun yang masih berkembang hingga kini. Perkembangan kebudayaan berlangsung sepanjang masa sesuai dengan pasangsurutnya pola kehidupan. Dengan perkembangan tidak sedikit pengaruh budaya luar yang masuk. Hal ini disebabkan karena wilayah Jawa Barat pada posisi strategis dari berbagai aspek mobilitas penduduk yang cukup tinggi. Pengaruh budaya luar cenderung mempercepat proses kepunahan budaya asli Jawa Barat, maka pemerintah mengambil kebijakan untuk mendirikan Museum Negeri Jawa Barat . Pembangunannya dimulai sejak tahun 1974 dengan lokasi menggunakan gedung pemerintah, yaitu bekas Kawedanaan Tegallega. Sebagian dari bangunan asli tersebut tetap dipelihara kelestariannya dan digunakan sebagai kantor administrasi.
Peresmian penggunaan Museum Negeri Jawa Barat baru dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI , Dr. DAUD JOESOEF didampingi oleh Gubernur Kepal;a Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat H. Aang Kunaefi. Pada tanggal 1 April 1990, sepuluh tahun setelah peresmian digunakan nama "Sri Baduga" Raja yang memerintah di Pajajaran.
Pada era Otonomi Daerah (OTDA) berdasarkan Perda No.5 Tahun 2002 sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) bergabung dengan Dinas Kebudayaan Propisi Jawa Barat dengan nama Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga hingga sekarang.